PERENCANAAN
LAYOUT FASILITAS
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah : Manajemen Operasi
Dosen
Pengampu : Tina Martini, S.E, M.Si

Disusun
oleh :
1.
Leni Kurniawati
(1420220007)
2.
Abdul Mufid (1420220008)
3.
Umi Julianti (1420220015)
![]() |
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat dan kemudahan kepada
kita sehingga makalah dengan tema Perencanaan Layout Fasilitas yang disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasi ini bisa selesai tepat waktu.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kepada Ibu dosen dan
teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan
makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca makalah ini serta dapat
mendukung proses pembelajaran.
Kudus, 21 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ....................................................................................................... ...... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pengertian dan Tujuan
Perencanaan Layout Fasilitas..................... 3
2.2 Faktor-faktor Penentu Layout Fasilitas........................................
4
2.3 Macam-macam Layout Fasilitas..................................................... 5
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan................................................................................... 14
Contoh Aplikasi
Soal dan Penyelesaian……………………………………... ..... 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………....... 21
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Manajemen produksi dan operasi mencakup
penyediaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang
dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi, dan melayani orang-orang
dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat berbagai produk dan menyediakan
berbagai jasa. Selama
pembuatan desain dan kontruksi diperlukan perhatian manajerial dan setelah
berjalan usaha manajerial berfungsi untuk menjaga agar bangunan dan fasilitas
lainnya beroperasi secara efektif.
Dalam pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang
dibutuhkan oleh suatu perusahaan seperti tata letak, penyimpanan, pelayanan,
dan perawatan, maka dibutuhkan adanya manajemen operasi. Setiap perusahaan baik
perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan menghadapi persoalan layout/tata
letak fasilitas. Semua fasilitas untuk produksi harus di sediakan pada
tempatnya masing-masing karena tujuannya adalah untuk meminimumkan biaya atau
meningkatkan efisiensi dan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Selain
itu, perencanaan tata letak fasilitas ini juga berguna untuk mengoptimalkan
hubungan antar aktivitas.
Terdapat macam-macam layout dimana masing-masing layout memiliki
sifat, kelebihan,dan kelemahan masing-masing yang berbeda satu sama lain. Maka,
perusahaan harus teliti dalam memilih jenis layout yang akan digunakan sesuai
dengan kebutuhan perusahaan tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dan tujuan perencanaan layout fasilitas?
2.
Faktor-faktor
apa saja penentu perencanaan layout fasilitas?
3.
Apa
saja macam-macam layout?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian dan tujuan layout fasilitas
2.
Mengetahui
faktor-faktor penentu perencanaan layout fasilitas
3.
Mengetahui
macam-macam layout
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Layout Fasilitas
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang
ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi
perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek mungkin dan pengambilan serta
peletakan produk-produk dan peralatan-peralatan di minimumkan. Hal ini
seharusnya menghasilkan minimisasi biaya penanganan dan transportasi seperti
penurunan waktu, proses kerja dan mesin menganggur.[1]
Layout
fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan di dalam proses produksi. Perencanaan layout pabrik merupakan
pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin peralatan pabrik, tempat kerja,
tempat penyimpanan dan fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk
gedung pabriknya.[2]
Tujuan
pengaturan layout fasilitas yang baik dapat dilakukan dengan cara:
1.
Memaksimumkan
pemanfaatan peralatan pabrik.
2.
Meminimumkan
kebutuhan tenaga kerja.
3.
Mengusahakan
agar aliran bahan dan produk itu lancar.
4.
Meminimumkan
hambatan pada kesehatan.
5.
Meminimumkan
usaha membawa bahan,
6.
Memaksimumkan
pemanfaatan ruang yang tersedia.
7.
Memaksimumkan
keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat yang terlalu padat.
8.
Memaksimumkan
hasil produksi.
9.
Meminimumkan
kebutuhan akan pengawasan dan pengendalian dengan menempatkan mesin, lorong,
dan fasilitas penunjang agar diperoleh komunikasi yang mudah dan siap.
Untuk memperoleh layout pabrik yang efisien, ada kriteria pengukurannya.
Kriteria ini merupakan tujuan yang harus dicapai di dalam menyusun layout
pabrik. Kriteria tersebut yaitu:
1.
Jarak
angkut yang minimum
2.
Aliran
material yang baik
3.
Penggunaan
ruang yang efektif
4.
Luwes
5.
Keselamatan
barang-barang yang diangkut
6.
Kemungkinan-kemungkinan
perluasan di masa depan
7.
Biaya
efektivitas yang maksimum faktor-faktor di atas perlu diusahakan dengan biaya
yang rendah
2.2 Faktor-faktor
Penentu Layout
Jenis layout yang dipilih biasanya tergantung pada:
1.
Jenis
produk. Apakah produk tersebut berupa barang atau jasa, desain dan kualitasnya
bagaimana, dan apakah produk tersebut dibuat untuk persediaan atau pesanan.
2.
Jenis
proses produksi. Ini berhubungan dengan jenis tekhnologi yang dipakai, jenis
bahan yang di angkut, dan alat penyedia layanan.
3.
Volume
produksi mempengaruhi desain fasilitas sekarang dan pemanfaatan kapasitas,
serta penyediaan kemungkinan ekspansi dan perubahan.[3]
Tata letak yang baik perlu menetapkan hal berikut:
1.
Peralatan
penanganan bahan.
2.
Kapasitas
dan persyaratan luas ruang.
3.
Lingkungan
hidup dan estetika.
4.
Aliran
informasi.
5.
Biaya
perpindahan antar wilayah kerja yang berbeda.
2.3 Macam-macam Layout
1.
Tata
letak dengan posisi tetap
Dalam tata letak dengan posisi
tetap, proyek tetap berada dalam satu tempat, sementara para pekerja dan
peralatan datang pada tempat tersebut. Contohnya adalah proyek pembuatan kapal,
jalan layang, jembatan, rumah, dan sumur minyak bumi.
Teknik untuk mengatasi tata letak
dengan posisi tetap tidak dikembangkan dengan baik dan kerumitannya bertambah
karena adanya tiga faktor yaitu:
a.
Terdapat
tempat yang terbatas pada semua lokasi produksi
b.
Setiap
tahapan yang berbeda pada proses konstruksi membutuhkan bahan yang berbeda.
Oleh karena itu, banyak hal menjadi penting sejalan dengan perkembangan proyek.
c.
Volume
bahan yang dibutuhkan dinamis.
Karena permasalahan pada tata letak
dengan posisi tetap ini sulit dipecahkan pada lokasi, strategi alternatif yang
ada adalah untuk melengkapi proyek sedapat mungkin di luar lokasi.
2.
Tata
letak yang berorientasi pada proses
Tata letak yang berorientasi pada
proses dapat menangani beragam barang atau jasa secara bersamaan. Tata letak
ini paling efisien di saat pembuatan produk yang memiliki persyaratan berbeda,
atau di saat penanganan pelanggan, pasien atau klien dengan kebutuhan yang
berbeda. Tata letak yang berorientasi proses biasanya memiliki strategi volume
rendah dengan variasi tinggi, contohnya adalah rumah sakit atau klinik.
Satu kelebihan utama dari tata letak
ini adalah adanya fleksibilitas peralatan dan penugasan tenaga kerja.
Contohnya, jika terjadi kerusakan pada satu mesin, proses produksi secara
keseluruhan tidak perlu berhenti, pekerjaan dapat dialihkan pada mesin lain
dalam departemen yang sama.
Kelemahan tata letak yang
berorientasi pada proses terletak pada peralatan yang biasanya memiliki
kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam
sistem karena penjadwalan yang sulit, penyetelan mesin yang berubah, dan
penanganan bahan yang unik. Sebagai tambahan, peralatan yang memiliki kegunaan
umum, membutuhkan tenaga kerja yang terampil, dan persediaan barang setengah
jadi menjadi lebih tinggi karena adanya ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga
kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkatkan pelatihan dan pengalaman yang
dibutuhkan, dan jumlah barang setengah jadi yang tinggi membutuhkan modal yang
lebih banyak.
Dalam mendesain sebuah tata letak
yang berorientasi pada proses, taktik yang paling lazim digunakan untuk
menyusun departemen atau stasiun kerja adalah untuk meminimalkan biaya
penanganan bahan. Dengan kata lain, departemen yang memiliki aliran komponen
atau orang yang banyak di antara mereka harus didekatkan satu sama lain. Dalam pendekatan
ini, biaya penanganan bahan bergantung kepada:
a.
Jumlah
muatan (atau orang) yang harus dipindahkan di antara dua departemen selama
beberapa waktu
b.
Biaya
memindahkan muatan (atau orang) yang terkaitan dengan jarak antar departemen.
Biaya diasumsikan sebagai sebuh fungsi jarak antar-departemen. Tujuan fungsi
ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
![]() |
dimana :
n = jumlah total stasiun
kerja atau departemen
I,j = masing-masing
departemen
Xij = jumlah beban yang
dipindahkan dari departemen i ke departemen j
Cij = biaya untuk memindahkan beban antara departemen i dan
departemen j
Strategi tata letak proses:
Sel Kerja
|
Pusat Kerja yang terfokus
|
Pabrik Kerja yang Terfokus
|
Sel kerja adalah pengaturan mesin dan
karyawan pada fasilitas yang pada awalnya berorientasi pada proses secara
sementara
|
Pusat kerja yang terfokus adalah pengaturan
mesin dan karyawan pada fasilitas yang pada awalnya berorientasi pada proses
secara permanen
|
Pabrik yang terfokus adalah sebuah fasilitas
permanen yang memproduksi produk atau komponen pada fasilitas yang
berorientasi pada produk. Banyak pabrik yang terfokus yang saat ini dibangun,
pada awalnya merupakan fasilitas yang berorientasi pada proses
|
Contoh: sebuah job shop dengan mesin dan
karyawan yang diatur untuk memproduksi panel kendali yang unik sejumlah 300
unit
|
Contoh: manufaktur penahan pipa di lapangan
pembuatan kapal
|
Contoh: sebuah pabrik yang memproduksi
mekanisme jendela mobil
|
c.
Tata
letak kantor
Perbedaan utama antara tata letak
kantor dan pabrik adalah kepentingan informasi. Walaupun pergerakan informasi
sekarang meningkat menjadi elektronik, analisis tata letak kantor masih
memerlukan pendekatan yang berdasar tugas. Oleh Karena itu, para manajer
menguji pola komunikasi baik secara elektronik maupun tradisional, kebutuhan
pemisahan, dan kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi efektifitas karyawan.
Pada tata letak kantor terdapat dua kecenderungan utama:
1)
Teknologi,
seperti telepon genggam, fax, internet, laptop, dll menyebabkan tata letak
semakin fleksibel dengan memindahkan informasi secara elektronik.
2)
Perusahaan
virtual menciptakan kebutuhan dinamis akan ruang dan jasa. Kedua perubahan ini
cenderung membutuhkan lebih sedikit karyawan untuk berada di kantor.
d.
Tata
letak retail
Tata letak ritel didasarkan pada ide
bahwa penjualan dan keuntungan bervariasi bergantung kepada produk yang dapat
menarik perhatian pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa semakin besar produk
dapat terlihat oleh pelanggan, maka penjualan akan semakin tinggi, dan tingkat
pengembalian investasi juga semakin tinggi.
Lima ide yang sangat berguna dalam
menentukan pengaturan toko secara keseluruhan:
1)
Tempatkan
barang-barang yang sering di beli oleh pelanggan di sekitar batas luar toko.
2)
Gunakan
lokasi yang strategis untuk barang-barang yang menarik dan memiliki nilai
keuntungan besar.
3)
Distribusikan
produk yang kuat.
4)
Gunakan
lokasi di ujung lorong
5)
Sampaikan
misi toko dengan memilih posisi bagian yang akan menjadi perhentian pertama
bagi pelanggan.
Tujuan utama tata letak ritel adalah
untuk memaksimalkan keuntungan luas lantai per kaki persegi (atau pada beberapa
toko, pada panjang rak). Walaupun tujuan utama ritel adalah memaksimalkan
keuntungan, terdapat beberapa aspek jasa yang harus di pertimbangkan oleh para
manajer. Untuk mendapatkan tata letak jasa yang baik, sebuah perusahaan harus
memperhatikan tiga elemen:
1)
Kondisi
yang berkenaan dengan lingkungan, yaitu karakteristik latar belakang seperti
pencahayaan, suara, bau dan suhu. Semua faktor ini mempengaruhi karyawan dan
para pelanggan, dan memberikan dampak seberapa banyak pelanggan mau
mengeluarkan uang dan seberapa lama pelanggan ingin berada dalam gedung.
2)
Tata
letak yang luas dan mempunyai fungsi, meliputi rencana pola sirkulasi
pelanggan, karakteristik lorong (seperti lebar, arah,sudut, dan jarak
antar-rak) dan pengelompokan produk.
3)
Tanda-tanda,
simbol, dan patung, yang merupakan karakteristik desain bangunan yang memiliki
arti sosial (seperti daerah yang berkarpet di departement store yang mendorong
pengunjung untuk melangkah secara pelan-pelan dan mencari barang yang mereka
perlukan).
e.
Tata
letak gudang dan penyimpanan
Tujuan tata letak gudang adalah
untuk menemukan titik optimal di antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya
yang berkaitan dengan luas ruang dalam gudang. Sebagai konsekuensinya, tugas
manajemen adalah memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu
memanfaatkan volume penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang
rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
transportasi barang masuk, penyimpanan, dan transportasi barang keluar untuk di
masukkan dalam gudang. Biaya- biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, biaya
pengawasan, asuransi, dan penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga
meminimalkan kerusakan bahan dalam gedung.
Strategi dalam tata letak gudang dan penyimpanan:
1) Cross-Docking, yaitu cara menghindari penempatan bahan atau pasokan dalam gudang dengan
cara memproses mereka langsung disaat mereka diterima.
2) Perhitungan Persediaan Secara Acak, yaitu cara untuk menempatkan persediaan
dimana terdapat lokasi yang terbuka. Teknik ini berarti bahwa ruangan tidak
perlu dikhususkan untuk barang-barang tertentu dan fasilitas dapat dimanfaatkan
dengan lebih baik.
3) Customizing, yaitu cara menggunakan gudang untuk menambahkan nilai produk melalui modifikasi,
perbaikan, pemberian label, dan pengepakan komponen.
f.
Tata
letak proses produksi berulang dan berorientasi pada produk
Tata letak yang berorientasi pada
produk disusun di sekeliling produk atau keluarga produk yang sama yang
memiliki volume tinggi, dan bervariasi rendah. Tujuan tata letak yang
berorientasi pada produk adalah untuk meminimalkan ketidakseimbangan dalam lini
pabrikasi atau perakitan. Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi pada
produk:
1)
Lini
Pabrikasi, membuat komponen seperti ban mobil atau komponen logam sebuah kulkas
pada beberapa mesin.
2)
Lini
Perakitan, meletakkan komponen yang di pabrikasi secara bersamaan pada
sekumpulan stasiun kerja.
Keuntungan
utama tata letak yang berorientasi pada produk adalah:
1)
Rendahnya
biaya variabel per unit yang biasanya dikaitkan dengan produk yang
terstandarisasi dan bervolume tinggi.
2)
Biaya
penanganan bahan yang rendah.
3)
Mengurangi
persediaan bahan yang setengah jadi.
4)
Proses
pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah.
5)
Hasil
keluaran produksi yang lebih cepat.
Kelemahan tata
letak yang berorientasi pada produk adalah:
1)
Dibutuhkan
volume yang tinggi, karena modal yang diperlukan untuk menjalankan proses cukup
besar.
2)
Adanya
pekerjaan yang harus berhenti pada setiap titik mengakibatkan seluruh operasi
pada lini yang sama juga terganggu.
3)
Fleksibilitas
yang ada kurang saat menangani beragam produk atau tingkat produksi yang
berbeda.
Lini perakitan biasanya dilaksanakan
untuk meminimalkan ketidakseimbangan antara mesin atau karyawan dan memenuhi
output yang dibutuhkan dari lini perakitan. Untuk dapat memproduksi pada
tingkat tertentu, pihak manajemen harus mengetahui perkakas, peralatan dan
metode kerja yang digunakan. Kemudian persyaratan waktu untuk setiap tugas
perakitan harus ditentukan. Manajemen juga harus mengetahui hubungan prioritas
antar aktivitas yaitu urutan beragam tugas yang harus dikerjakan. Data tugas
juga harus diubah dalam diagram prioritas. Setelah diagram prioritas yang
merangkum urutan dan waktu telah dibuat, maka tugas-tugas ini dikelompokkan
dalam stasiun kerja sehingga tingkat produksi dapat dipenuhi. Proses ini
meliputi tiga langkah:
1)
Hitung
unit yang dibutuhkan per hari (tingkat permintaan atau tingkat produksi) dan
dibagi menjadi waktu produksi yang tersedia per hari (dalam menit atau detik).
Operasi ini memberikan apa yang disebut sebagai waktu siklus yaitu waktu
maksimal dimana produk dapat tersedia pada setiap stasiun kerja jika tingkat
produksi dicapai:
![]() |
2)
Hitunglah
jumlah stasiun kerja minimal secara teoretis. Jumlah ini merupakan waktu
pengerjaan tugas total (waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk) dibagi
dengan waktu siklus. Pecahan dibulatkan pada nilai bulat terdekat yang lebih
besar:
![]() |
Dimana n merupakan jumlah tugas perakitan.
3)
Seimbangkan
lini perakitan dengan memberikan tugas perakitan tertentu pada setiap stasiun
kerja. Keseimbangan yang efisien adalah yang dapat melengkapi perakitan yang
dibutuhkan, mengikuti urutan yang telh ditentukan, danmenjaga waktu kosong pada
setiap stasiun kerja menjadi minimal. Prosedur formal untuk mengerjakan hal ini
adalah dengan:
a)
Mengidentifikasi
daftar utama tugas.
b)
Menghilangkan
tugas-tugas yang telah diberikan pada stasiun kerja tertentu.
c)
Menghilangkan
tugas-tugas yang memiliki hubungan prioritas yang tidak dapat dipenuhi.
d)
Menghilangkan
tugas-tugas yang tidak cukup waktunya untuk dilaksanakan pada stasiun kerja.
e)
Menggunakan
salah satu heuristik penyeimbang lini. Terdapat lima pilihan yaitu:
1.
Waktu
pengerjaaan terpanjang
2.
Tugas
yang paling sering diikuti
3.
Bobot
posisi peringkat
4.
Waktu
tugas terpendek
5.
Jumlah
tugas yang mengikuti paling sedikit
Beberapa
heuristik ini dapat dicoba untuk melihat heuristik yang menghasilkan solusi
terbaik yaitu jumlah stasiun kerja yang paling sedikit dengan efisiensi
tertinggi. Walaupun heuristik dapat memberikan solusi, tidak dijamin bahwa
solusi yang dihasilkan ini yang paling optimal.

![]() |
Manajer operasi membandingkan
tingkat efisiensi yang berbeda untuk stasiun yang berbeda. Dengan cara ini,
perusahaan dapat menentukan sensitivitas lini produksi akan perubahan tingkat
produksi dan penugasan stasiun kerja.[4]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum
penempatan mesin-mesin peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan
fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya.
Tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik dapat dilakukan dengan
cara: Memaksimumkan
pemanfaatan peralatan pabrik, Meminimumkan
kebutuhan tenaga kerja, Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancer, Meminimumkan
hambatan pada kesehatan, Meminimumkan usaha membawa bahan, Memaksimumkan
pemanfaatan ruang yang tersedia. Memaksimumkan
keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat yang terlalu padat. Memaksimumkan
hasil produksi. Dan Meminimumkan kebutuhan akan
pengawasan dan pengendalian dengan menempatkan mesin, lorong, dan fasilitas
penunjang agar diperoleh komunikasi yang mudah dan siap.
Faktor Penentu Layout, yaitu Jenis produk,
jenis proses produksi, dan volume produksi.
Macam-macam jenis Layout, yaitu tata leetak
dengan posisi tetap, tata letak yang berorientasi pada proses, tat letak
kantor, tata letak ritel, tata letak gudang dan penyimpanan, dan tata letak
proses produksi berulang dan berorientasi pada produk.
Contoh Aplikasi Soal dan Penyelesaian
Contoh 1:

|
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
Keterbatasan fisik yang diamati oleh Lord hanyalah kebutuhan untuk
tetap menjaga kombinasi pintu masuk dan ruaang pemrosesan awal pada tempat yang
sama. Semua departemen atau kamar-kamar (yang masing-masing berukuran 10 kaki
persegi) dapat dipindahkan jika analisis tat letak menyatakan pemindahan ini
menguntungkan.
Pertama, Lord menganalisis catatan untuk menentukan jumlah
perjalanan yang dilakukan oleh pasien antar departemen rata-rata selama
sebulan. Lord menetapkan tujuannya adalah untuk menata ruangan-ruangan yang
dapat meminimalkan jarak yang harus
ditempuh oleh pasien yang masuk ke rumahsakit untuk mendapatkan perawatan. Ia
menulis tujunnya sebagai berikut:
![]() |
dimana :
Xij = jumlah pasien per bulan (beban atau perjalanan yang harus
ditempuh dari departemen i ke departemen j

1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
![]() |
100
|
100
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
|
0
|
50
|
20
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
30
|
30
|
0
|
0
|
0
|
|
|
|
|
20
|
0
|
0
|
20
|
|
|
|
|
|
20
|
0
|
0
|
|
|
|
|
|
|
30
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.Pintu
masuk/pemrosesan awal
|
2.Ruang
Pemeriksaan 1
|
3.Ruang
Pemeriksaan 2
|
4.Ruang
Rontgen
|
5.Pengujian
laboratorium/EKG
|
6.Ruang
Operasi
|
7.Ruang
pemulihan
|
8.Ruang
Pemasangan gips
|
Lord berasumsi bahwa departemen yang bersebelahan, seperti pintu
masuk dan ruang pemeriksaan 1 memiliki jarak 10 kaki. Departemen yang terletak
diagonal juga diperlakukan sebagaimana departemen yang bersebelahan dan
diberikan jarak 10 kaki. Departemen yang tidak bersebelahan seperti pintu masuk
dan ruang pemeriksaan 2 atau pintu masuk dan ruang pemulihan berjarak 20
kaki.dan ruangan-ruangan tidak bersebelahan,seperti pintu masuk dan ruang
rontgen, berjarak 30 kaki. (disini, 10 kaki dianggap sebagai 10 biaya unit, 20
kaki sebagai 20 biaya unit, dan 30 kaki sebagai 30 biaya unit).
Jawab:
Pertama, tentukan tata letak Snow-bird sekarang agar pergerakan
pasien dapat dihitung.
Total pergerakan=
(100x10’) + (100x20’) + (50x20’) + (20x10’) + (30x10’)
1 ke 2 1 ke
3 2 ke 4 2 ke 5
3 ke 4
+
(30x20’) + (20x30’) + (20x10’) + (20x10’) +
(10x30’)
3 ke 5 4 ke 5 4 ke 8 5 ke 6 5 ke 8
+
(30x10’)
6 ke 7
= 1.000 +2.000+
1.000 + 200 + 300 + 600 + 600 + 200 + 200 + 300 + 300

![]() |
|||
|
Ajukan rencana tata letak baru yang akan mengurangi angka 6.700
kaki. Sebagai contoh, dua perubahan yang berguna adalah menukar ruangan 3 dan 5
dan digantikan dengan ruangan 4 dan 6.
Total Pergerakan
=(100x10’) + (100x10’) + (50x10’) + (20x10’) + (30x10’)
1 ke 2 1 ke 3 2 ke 4 2 ke 5 3 ke 4
+
(30x20’) + (20x10’) + (20x20’) + (20x10’) + (10x10’)
3 ke 5 4 ke 5 4 ke 8 5 ke 6 5 ke 8
+
(30x10’)
6 ke 7
= 1.000 +1.000+
500 + 200 + 300 + 600 + 200 + 400 + 200 + 100 + 300
= 4.800 kaki

![]() |
|||
|
Contoh 2:
Tugas (menit)
|
Waktu
pengerjaan (menit)
|
Tugas yang
harus mengikuti tugas ini
|
A
|
5
|
-
|
B
|
3
|
A
|
C
|
4
|
B
|
D
|
3
|
B
|
E
|
6
|
C
|
F
|
1
|
C
|
G
|
4
|
D, E,F
|
H
|
2
|
G
|
|
28
|
|
Lini perakitan aktivitas ditunjukkan table dibawah ini memiliki
waktu siklus 8 menit. Gambarlah diagram precedence dan temukanlah jumlah
stasiun kerja minimal yang mungkin. Kemudian aturlah aktivitas kerja dalam stasiun
kerja untuk menyeimbangkan lini perakitan. Berapakah efisiensi lini yang
seimbang ini?
Jawab:
|


(4)(8)
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Heri Prasetya dan Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Jay Heizer dan
Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
T. Hani Handoko. 2000. Dasar-dasar Manajemen dan
Operasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
[2] Heri
Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2009, Manajemen
Operasi, Yogyakarta:
Media Pressindo, hlm. 143.