Sabtu, 08 April 2017

perencanaan layout fasilitas



PERENCANAAN LAYOUT FASILITAS
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Manajemen Operasi
Dosen Pengampu : Tina Martini, S.E, M.Si

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/0/03/Logo_STAIN_Kudus_Jawa_Tengah.jpg

Disusun oleh :
1.      Leni Kurniawati                                  (1420220007)
2.      Abdul Mufid                                       (1420220008)
3.      Umi Julianti                                         (1420220015)



 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2016


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat dan kemudahan kepada kita sehingga makalah dengan tema Perencanaan Layout Fasilitas yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasi ini bisa selesai tepat waktu.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kepada Ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca makalah ini serta dapat mendukung proses pembelajaran.


Kudus,  21 Oktober 2016

Penyusun








DAFTAR ISI


Halaman Judul ......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi    ....................................................................................................... ...... iii
BAB I        PENDAHULUAN .............................................................................. 1
                   1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
                   1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
                   1.3 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II       PEMBAHASAN.................................................................................. 3
                   2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Layout Fasilitas..................... 3
                   2.2  Faktor-faktor Penentu Layout Fasilitas........................................ 4
                   2.3  Macam-macam Layout Fasilitas..................................................... 5
BAB III     PENUTUP.......................................................................................... 14
                   3.1 Kesimpulan................................................................................... 14
Contoh Aplikasi Soal dan Penyelesaian……………………………………... ..... 15
Daftar Pustaka………………………………………………………………....... 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Manajemen produksi dan operasi mencakup penyediaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi, dan melayani orang-orang dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat berbagai produk dan menyediakan berbagai jasa. Selama pembuatan desain dan kontruksi diperlukan perhatian manajerial dan setelah berjalan usaha manajerial berfungsi untuk menjaga agar bangunan dan fasilitas lainnya beroperasi secara efektif.
Dalam pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan seperti tata letak, penyimpanan, pelayanan, dan perawatan, maka dibutuhkan adanya manajemen operasi. Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan menghadapi persoalan layout/tata letak fasilitas. Semua fasilitas untuk produksi harus di sediakan pada tempatnya masing-masing karena tujuannya adalah untuk meminimumkan biaya atau meningkatkan efisiensi dan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Selain itu, perencanaan tata letak fasilitas ini juga berguna untuk mengoptimalkan hubungan antar aktivitas.
Terdapat macam-macam layout dimana masing-masing layout memiliki sifat, kelebihan,dan kelemahan masing-masing yang berbeda satu sama lain. Maka, perusahaan harus teliti dalam memilih jenis layout yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.





1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan tujuan perencanaan layout fasilitas?
2.      Faktor-faktor apa saja penentu perencanaan layout fasilitas?
3.      Apa saja macam-macam layout?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian dan tujuan layout fasilitas
2.      Mengetahui faktor-faktor penentu perencanaan layout fasilitas
3.      Mengetahui macam-macam layout































BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Layout Fasilitas
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek mungkin dan pengambilan serta peletakan produk-produk dan peralatan-peralatan di minimumkan. Hal ini seharusnya menghasilkan minimisasi biaya penanganan dan transportasi seperti penurunan waktu, proses kerja dan mesin menganggur.[1]
Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi. Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya.[2]
Tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik dapat dilakukan dengan cara:
1.      Memaksimumkan pemanfaatan peralatan pabrik.
2.      Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja.
3.      Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancar.
4.      Meminimumkan hambatan pada kesehatan.
5.      Meminimumkan usaha membawa bahan,
6.      Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia.
7.      Memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat yang terlalu padat.
8.      Memaksimumkan hasil produksi.
9.      Meminimumkan kebutuhan akan pengawasan dan pengendalian dengan menempatkan mesin, lorong, dan fasilitas penunjang agar diperoleh komunikasi yang mudah dan siap.
Untuk memperoleh layout pabrik yang efisien, ada kriteria pengukurannya. Kriteria ini merupakan tujuan yang harus dicapai di dalam menyusun layout pabrik. Kriteria tersebut yaitu:
1.      Jarak angkut yang minimum
2.      Aliran material yang baik
3.      Penggunaan ruang yang efektif
4.      Luwes
5.      Keselamatan barang-barang yang diangkut
6.      Kemungkinan-kemungkinan perluasan di masa depan
7.      Biaya efektivitas yang maksimum faktor-faktor di atas perlu diusahakan dengan biaya yang rendah
2.2 Faktor-faktor Penentu Layout
Jenis layout yang dipilih biasanya tergantung pada:
1.      Jenis produk. Apakah produk tersebut berupa barang atau jasa, desain dan kualitasnya bagaimana, dan apakah produk tersebut dibuat untuk persediaan atau pesanan.
2.      Jenis proses produksi. Ini berhubungan dengan jenis tekhnologi yang dipakai, jenis bahan yang di angkut, dan alat penyedia layanan.
3.      Volume produksi mempengaruhi desain fasilitas sekarang dan pemanfaatan kapasitas, serta penyediaan kemungkinan ekspansi dan perubahan.[3]


Tata letak yang baik perlu menetapkan hal berikut:
1.      Peralatan penanganan bahan.
2.      Kapasitas dan persyaratan luas ruang.
3.      Lingkungan hidup dan estetika.
4.      Aliran informasi.
5.      Biaya perpindahan antar wilayah kerja yang berbeda.
2.3 Macam-macam Layout
1.      Tata letak dengan posisi tetap
Dalam tata letak dengan posisi tetap, proyek tetap berada dalam satu tempat, sementara para pekerja dan peralatan datang pada tempat tersebut. Contohnya adalah proyek pembuatan kapal, jalan layang, jembatan, rumah, dan sumur minyak bumi.
Teknik untuk mengatasi tata letak dengan posisi tetap tidak dikembangkan dengan baik dan kerumitannya bertambah karena adanya tiga faktor yaitu:
a.       Terdapat tempat yang terbatas pada semua lokasi produksi
b.      Setiap tahapan yang berbeda pada proses konstruksi membutuhkan bahan yang berbeda. Oleh karena itu, banyak hal menjadi penting sejalan dengan perkembangan proyek.
c.       Volume bahan yang dibutuhkan dinamis.
Karena permasalahan pada tata letak dengan posisi tetap ini sulit dipecahkan pada lokasi, strategi alternatif yang ada adalah untuk melengkapi proyek sedapat mungkin di luar lokasi.
2.      Tata letak yang berorientasi pada proses
Tata letak yang berorientasi pada proses dapat menangani beragam barang atau jasa secara bersamaan. Tata letak ini paling efisien di saat pembuatan produk yang memiliki persyaratan berbeda, atau di saat penanganan pelanggan, pasien atau klien dengan kebutuhan yang berbeda. Tata letak yang berorientasi proses biasanya memiliki strategi volume rendah dengan variasi tinggi, contohnya adalah rumah sakit atau klinik.
Satu kelebihan utama dari tata letak ini adalah adanya fleksibilitas peralatan dan penugasan tenaga kerja. Contohnya, jika terjadi kerusakan pada satu mesin, proses produksi secara keseluruhan tidak perlu berhenti, pekerjaan dapat dialihkan pada mesin lain dalam departemen yang sama.
Kelemahan tata letak yang berorientasi pada proses terletak pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadwalan yang sulit, penyetelan mesin yang berubah, dan penanganan bahan yang unik. Sebagai tambahan, peralatan yang memiliki kegunaan umum, membutuhkan tenaga kerja yang terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena adanya ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkatkan pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan, dan jumlah barang setengah jadi yang tinggi membutuhkan modal yang lebih banyak.
Dalam mendesain sebuah tata letak yang berorientasi pada proses, taktik yang paling lazim digunakan untuk menyusun departemen atau stasiun kerja adalah untuk meminimalkan biaya penanganan bahan. Dengan kata lain, departemen yang memiliki aliran komponen atau orang yang banyak di antara mereka harus didekatkan satu sama lain. Dalam pendekatan ini, biaya penanganan bahan bergantung kepada:
a.       Jumlah muatan (atau orang) yang harus dipindahkan di antara dua departemen selama beberapa waktu
b.      Biaya memindahkan muatan (atau orang) yang terkaitan dengan jarak antar departemen. Biaya diasumsikan sebagai sebuh fungsi jarak antar-departemen. Tujuan fungsi ini dapat dinyatakan sebagai berikut :




 




dimana :
n      = jumlah total stasiun kerja atau departemen
I,j    = masing-masing departemen
Xij   = jumlah beban yang dipindahkan dari departemen i ke departemen j
Cij = biaya untuk memindahkan beban antara departemen i dan departemen j
Strategi tata letak proses:
Sel Kerja
Pusat Kerja yang terfokus
Pabrik Kerja yang Terfokus
Sel kerja adalah pengaturan mesin dan karyawan pada fasilitas yang pada awalnya berorientasi pada proses secara sementara
Pusat kerja yang terfokus adalah pengaturan mesin dan karyawan pada fasilitas yang pada awalnya berorientasi pada proses secara permanen
Pabrik yang terfokus adalah sebuah fasilitas permanen yang memproduksi produk atau komponen pada fasilitas yang berorientasi pada produk. Banyak pabrik yang terfokus yang saat ini dibangun, pada awalnya merupakan fasilitas yang berorientasi pada proses
Contoh: sebuah job shop dengan mesin dan karyawan yang diatur untuk memproduksi panel kendali yang unik sejumlah 300 unit
Contoh: manufaktur penahan pipa di lapangan pembuatan kapal
Contoh: sebuah pabrik yang memproduksi mekanisme jendela mobil

c.       Tata letak kantor
Perbedaan utama antara tata letak kantor dan pabrik adalah kepentingan informasi. Walaupun pergerakan informasi sekarang meningkat menjadi elektronik, analisis tata letak kantor masih memerlukan pendekatan yang berdasar tugas. Oleh Karena itu, para manajer menguji pola komunikasi baik secara elektronik maupun tradisional, kebutuhan pemisahan, dan kondisi-kondisi lain yang mempengaruhi efektifitas karyawan.
Pada tata letak kantor terdapat dua kecenderungan utama:
1)      Teknologi, seperti telepon genggam, fax, internet, laptop, dll menyebabkan tata letak semakin fleksibel dengan memindahkan informasi secara elektronik.
2)      Perusahaan virtual menciptakan kebutuhan dinamis akan ruang dan jasa. Kedua perubahan ini cenderung membutuhkan lebih sedikit karyawan untuk berada di kantor.
d.      Tata letak retail
Tata letak ritel didasarkan pada ide bahwa penjualan dan keuntungan bervariasi bergantung kepada produk yang dapat menarik perhatian pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa semakin besar produk dapat terlihat oleh pelanggan, maka penjualan akan semakin tinggi, dan tingkat pengembalian investasi juga semakin tinggi.
Lima ide yang sangat berguna dalam menentukan pengaturan toko secara keseluruhan:
1)      Tempatkan barang-barang yang sering di beli oleh pelanggan di sekitar batas luar toko.
2)      Gunakan lokasi yang strategis untuk barang-barang yang menarik dan memiliki nilai keuntungan besar.
3)      Distribusikan produk yang kuat.
4)      Gunakan lokasi di ujung lorong
5)      Sampaikan misi toko dengan memilih posisi bagian yang akan menjadi perhentian pertama bagi pelanggan.
Tujuan utama tata letak ritel adalah untuk memaksimalkan keuntungan luas lantai per kaki persegi (atau pada beberapa toko, pada panjang rak). Walaupun tujuan utama ritel adalah memaksimalkan keuntungan, terdapat beberapa aspek jasa yang harus di pertimbangkan oleh para manajer. Untuk mendapatkan tata letak jasa yang baik, sebuah perusahaan harus memperhatikan tiga elemen:
1)      Kondisi yang berkenaan dengan lingkungan, yaitu karakteristik latar belakang seperti pencahayaan, suara, bau dan suhu. Semua faktor ini mempengaruhi karyawan dan para pelanggan, dan memberikan dampak seberapa banyak pelanggan mau mengeluarkan uang dan seberapa lama pelanggan ingin berada dalam gedung.
2)      Tata letak yang luas dan mempunyai fungsi, meliputi rencana pola sirkulasi pelanggan, karakteristik lorong (seperti lebar, arah,sudut, dan jarak antar-rak) dan pengelompokan produk.
3)      Tanda-tanda, simbol, dan patung, yang merupakan karakteristik desain bangunan yang memiliki arti sosial (seperti daerah yang berkarpet di departement store yang mendorong pengunjung untuk melangkah secara pelan-pelan dan mencari barang yang mereka perlukan).
e.       Tata letak gudang dan penyimpanan
Tujuan tata letak gudang adalah untuk menemukan titik optimal di antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gudang. Sebagai konsekuensinya, tugas manajemen adalah memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu memanfaatkan volume penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan transportasi barang masuk, penyimpanan, dan transportasi barang keluar untuk di masukkan dalam gudang. Biaya- biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, biaya pengawasan, asuransi, dan penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan bahan dalam gedung.
Strategi dalam tata letak gudang dan penyimpanan:
1)      Cross-Docking, yaitu cara menghindari penempatan bahan atau pasokan dalam gudang dengan cara memproses mereka langsung disaat mereka diterima.
2)      Perhitungan Persediaan Secara Acak, yaitu cara untuk menempatkan persediaan dimana terdapat lokasi yang terbuka. Teknik ini berarti bahwa ruangan tidak perlu dikhususkan untuk barang-barang tertentu dan fasilitas dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.
3)      Customizing, yaitu cara menggunakan gudang untuk menambahkan nilai produk melalui modifikasi, perbaikan, pemberian label, dan pengepakan komponen.
f.       Tata letak proses produksi berulang dan berorientasi pada produk
Tata letak yang berorientasi pada produk disusun di sekeliling produk atau keluarga produk yang sama yang memiliki volume tinggi, dan bervariasi rendah. Tujuan tata letak yang berorientasi pada produk adalah untuk meminimalkan ketidakseimbangan dalam lini pabrikasi atau perakitan. Terdapat dua jenis tata letak yang berorientasi pada produk:
1)      Lini Pabrikasi, membuat komponen seperti ban mobil atau komponen logam sebuah kulkas pada beberapa mesin.
2)      Lini Perakitan, meletakkan komponen yang di pabrikasi secara bersamaan pada sekumpulan stasiun kerja.
Keuntungan utama tata letak yang berorientasi pada produk adalah:
1)      Rendahnya biaya variabel per unit yang biasanya dikaitkan dengan produk yang terstandarisasi dan bervolume tinggi.
2)      Biaya penanganan bahan yang rendah.
3)      Mengurangi persediaan bahan yang setengah jadi.
4)      Proses pelatihan dan pengawasan yang lebih mudah.
5)      Hasil keluaran produksi yang lebih cepat.

Kelemahan tata letak yang berorientasi pada produk adalah:
1)      Dibutuhkan volume yang tinggi, karena modal yang diperlukan untuk menjalankan proses cukup besar.
2)      Adanya pekerjaan yang harus berhenti pada setiap titik mengakibatkan seluruh operasi pada lini yang sama juga terganggu.
3)      Fleksibilitas yang ada kurang saat menangani beragam produk atau tingkat produksi yang berbeda.
Lini perakitan biasanya dilaksanakan untuk meminimalkan ketidakseimbangan antara mesin atau karyawan dan memenuhi output yang dibutuhkan dari lini perakitan. Untuk dapat memproduksi pada tingkat tertentu, pihak manajemen harus mengetahui perkakas, peralatan dan metode kerja yang digunakan. Kemudian persyaratan waktu untuk setiap tugas perakitan harus ditentukan. Manajemen juga harus mengetahui hubungan prioritas antar aktivitas yaitu urutan beragam tugas yang harus dikerjakan. Data tugas juga harus diubah dalam diagram prioritas. Setelah diagram prioritas yang merangkum urutan dan waktu telah dibuat, maka tugas-tugas ini dikelompokkan dalam stasiun kerja sehingga tingkat produksi dapat dipenuhi. Proses ini meliputi tiga langkah:
1)      Hitung unit yang dibutuhkan per hari (tingkat permintaan atau tingkat produksi) dan dibagi menjadi waktu produksi yang tersedia per hari (dalam menit atau detik). Operasi ini memberikan apa yang disebut sebagai waktu siklus yaitu waktu maksimal dimana produk dapat tersedia pada setiap stasiun kerja jika tingkat produksi dicapai:


 





2)      Hitunglah jumlah stasiun kerja minimal secara teoretis. Jumlah ini merupakan waktu pengerjaan tugas total (waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk) dibagi dengan waktu siklus. Pecahan dibulatkan pada nilai bulat terdekat yang lebih besar:


 





Dimana n merupakan jumlah tugas perakitan.
3)      Seimbangkan lini perakitan dengan memberikan tugas perakitan tertentu pada setiap stasiun kerja. Keseimbangan yang efisien adalah yang dapat melengkapi perakitan yang dibutuhkan, mengikuti urutan yang telh ditentukan, danmenjaga waktu kosong pada setiap stasiun kerja menjadi minimal. Prosedur formal untuk mengerjakan hal ini adalah dengan:
a)      Mengidentifikasi daftar utama tugas.
b)      Menghilangkan tugas-tugas yang telah diberikan pada stasiun kerja tertentu.
c)      Menghilangkan tugas-tugas yang memiliki hubungan prioritas yang tidak dapat dipenuhi.
d)     Menghilangkan tugas-tugas yang tidak cukup waktunya untuk dilaksanakan pada stasiun kerja.
e)      Menggunakan salah satu heuristik penyeimbang lini. Terdapat lima pilihan yaitu:
1.      Waktu pengerjaaan terpanjang
2.      Tugas yang paling sering diikuti
3.      Bobot posisi peringkat
4.      Waktu tugas terpendek
5.      Jumlah tugas yang mengikuti paling sedikit
Beberapa heuristik ini dapat dicoba untuk melihat heuristik yang menghasilkan solusi terbaik yaitu jumlah stasiun kerja yang paling sedikit dengan efisiensi tertinggi. Walaupun heuristik dapat memberikan solusi, tidak dijamin bahwa solusi yang dihasilkan ini yang paling optimal.
Efisiensi keseimbangan lini dapat dihitung dengan membagi waktu tugas total dengan jumlah stasiun kerja yang dibutuhkan dikali dengan waktu siklus:


 



            Manajer operasi membandingkan tingkat efisiensi yang berbeda untuk stasiun yang berbeda. Dengan cara ini, perusahaan dapat menentukan sensitivitas lini produksi akan perubahan tingkat produksi dan penugasan stasiun kerja.[4]









BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin-mesin peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis, bersama-sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya.
Tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik dapat dilakukan dengan cara: Memaksimumkan pemanfaatan peralatan pabrik, Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja, Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancer, Meminimumkan hambatan pada kesehatan, Meminimumkan usaha membawa bahan, Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia. Memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat yang terlalu padat. Memaksimumkan hasil produksi. Dan Meminimumkan kebutuhan akan pengawasan dan pengendalian dengan menempatkan mesin, lorong, dan fasilitas penunjang agar diperoleh komunikasi yang mudah dan siap.
Faktor Penentu Layout, yaitu Jenis produk, jenis proses produksi, dan volume produksi.
Macam-macam jenis Layout, yaitu tata leetak dengan posisi tetap, tata letak yang berorientasi pada proses, tat letak kantor, tata letak ritel, tata letak gudang dan penyimpanan, dan tata letak proses produksi berulang dan berorientasi pada produk.





Contoh Aplikasi Soal dan Penyelesaian
Contoh 1:
Tata Letak Rumah Sakit Snow-Bird
 
Rumah sakit Snow-Bird merupakan fasilitas kecil yang berorientasi pada keadaan gawat darurat pada satu wilayah reaksi ski yang terkenal di sebelah utara Michigan. Pengurus baru rumah sakit, Mary Lord, memutuskan untuk mengatur ulang rumah sakit dengan menggunakan metode tata letak yang berorientasi pada proses. Tata letak Snow-Bird sekarang dengan delapan departemen gawat darurat ditunjukkan sebagai berikut.


















 






Keterbatasan fisik yang diamati oleh Lord hanyalah kebutuhan untuk tetap menjaga kombinasi pintu masuk dan ruaang pemrosesan awal pada tempat yang sama. Semua departemen atau kamar-kamar (yang masing-masing berukuran 10 kaki persegi) dapat dipindahkan jika analisis tat letak menyatakan pemindahan ini menguntungkan.
Pertama, Lord menganalisis catatan untuk menentukan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh pasien antar departemen rata-rata selama sebulan. Lord menetapkan tujuannya adalah untuk menata ruangan-ruangan yang dapat meminimalkan jarak yang  harus ditempuh oleh pasien yang masuk ke rumahsakit untuk mendapatkan perawatan. Ia menulis tujunnya sebagai berikut:



 




dimana :
Xij = jumlah pasien per bulan (beban atau perjalanan yang harus ditempuh dari departemen i ke departemen j
Cij = jarak dalam satuan kaki antara departemen i dan departemen j (yang pada kasus ini sama dengan biaya per beban untuk pindah antar-departemen)
1
2
3
4
5
6
7
8
Departemen
 
100
100
0
0
0
0
0


0
50
20
0
0
0



30
30
0
0
0




20
0
0
20





20
0
0






30
0







0









1.Pintu masuk/pemrosesan awal
2.Ruang Pemeriksaan 1
3.Ruang Pemeriksaan 2
4.Ruang Rontgen
5.Pengujian laboratorium/EKG
6.Ruang Operasi
7.Ruang pemulihan
8.Ruang Pemasangan gips

Lord berasumsi bahwa departemen yang bersebelahan, seperti pintu masuk dan ruang pemeriksaan 1 memiliki jarak 10 kaki. Departemen yang terletak diagonal juga diperlakukan sebagaimana departemen yang bersebelahan dan diberikan jarak 10 kaki. Departemen yang tidak bersebelahan seperti pintu masuk dan ruang pemeriksaan 2 atau pintu masuk dan ruang pemulihan berjarak 20 kaki.dan ruangan-ruangan tidak bersebelahan,seperti pintu masuk dan ruang rontgen, berjarak 30 kaki. (disini, 10 kaki dianggap sebagai 10 biaya unit, 20 kaki sebagai 20 biaya unit, dan 30 kaki sebagai 30 biaya unit).
Jawab:
Pertama, tentukan tata letak Snow-bird sekarang agar pergerakan pasien dapat dihitung.
Total pergerakan=
(100x10’)        + (100x20’)     + (50x20’)       + (20x10’)       + (30x10’)
  1 ke 2                             1 ke 3             2 ke 4             2 ke 5               3 ke 4
+ (30x20’)       + (20x30’)       + (20x10’)       + (20x10’)       + (10x30’)
   3 ke 5              4 ke 5              4 ke 8              5 ke 6              5 ke 8
+ (30x10’)
   6 ke 7
= 1.000 +2.000+ 1.000 + 200 + 300 + 600 + 600 + 200 + 200 + 300 + 300
= 6.700 kaki








10
 
 









Ajukan rencana tata letak baru yang akan mengurangi angka 6.700 kaki. Sebagai contoh, dua perubahan yang berguna adalah menukar ruangan 3 dan 5 dan digantikan dengan ruangan 4 dan 6.
Total Pergerakan
=(100x10’)      + (100x10’)     + (50x10’)       + (20x10’)       + (30x10’)
  1 ke 2                             1 ke 3             2 ke 4             2 ke 5               3 ke 4
+ (30x20’)       + (20x10’)       + (20x20’)       + (20x10’)       + (10x10’)
   3 ke 5              4 ke 5              4 ke 8              5 ke 6              5 ke 8
+ (30x10’)
   6 ke 7
= 1.000 +1.000+ 500 + 200 + 300 + 600 + 200 + 400 + 200 + 100 + 300
= 4.800 kaki









20
 













Contoh 2:
Tugas (menit)
Waktu pengerjaan (menit)
Tugas yang harus mengikuti tugas ini
A
5
-
B
3
A
C
4
B
D
3
B
E
6
C
F
1
C
G
4
D, E,F
H
2
G

28

Lini perakitan aktivitas ditunjukkan table dibawah ini memiliki waktu siklus 8 menit. Gambarlah diagram precedence dan temukanlah jumlah stasiun kerja minimal yang mungkin. Kemudian aturlah aktivitas kerja dalam stasiun kerja untuk menyeimbangkan lini perakitan. Berapakah efisiensi lini yang seimbang ini?








Jawab:
 
Jumlah stasiun kerja minimal secara teoretis
 







            =          28                   = 87,5%
                        (4)(8)


 



















DAFTAR PUSTAKA

Heri Prasetya dan Fitri Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
Jay Heizer dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
T. Hani Handoko. 2000. Dasar-dasar Manajemen dan Operasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.





[1] T. Hani Handoko, 2000, Dasar-dasar Manajemen dan Operasi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, hlm.105.
[2] Heri Prasetya dan Fitri Lukiastuti, 2009, Manajemen Operasi, Yogyakarta: Media Pressindo, hlm. 143.
[3] Ibid, hlm.144.
[4] Jay Heizer dan Barry Render, 2005, Manajemen Operasi, Jakarta: Salemba Empat, hlm.451-482.